Selasa, 18 November 2008

OTORITAS KITAB-KITAB KANONIK ALKITAB

DAN EKSTRA KANONIK

Oleh : Pdt. Arnold Tindas, D.Min., D.Th.

1. Pendahuluan

Injil Barnabas, Injil Thomas, Injil Yudas sudah terbit dan beredar di Indonesia dan bakal muncul lagi Injil-injil lain, seperti Injil Maria, Injil Petrus dan kitab-kitab lain yang tidak termasuk di antara 66 kitab-kitab kanonik Alkitab, yang berkembang menjadi bahan diskusi teologi sistematik belakangan ini. Kehadiran Injil-Injil baru, yang disebut ekstra-kanonik atau apokripa itu, diterima secara kontroversial di kalangan para teolog. Sebagian menyebutnya Injil-injil palsu dan menyesatkan, sebagian lagi menyambutnya dengan tangan terbuka, karena menilainya sebagai pembukaan tabir kebenaran untuk melengkapi kekurangan dalam 66 kitab kanonik Alkitab yang kita pakai selama ini. Injil-injil ekstra-kanonik/apokripa masih puluhan yang bertahan hingga kini, di antaranya adalah: Injil Yudas (120 M); Injil Thomas (180 M); Injil Barnabas; Injil Petrus (170 M); Injil Filipus; Protoevangelion Yakobus (150 M); Injil Rahasia Markus (1960 M); Injil Maria (160 M); Injil Nikodemus; Injil orang Ibrani (140 M); Injil orang Nazaret (120M); Injil orang Mesir (120 M); Injil orang Ebionit (120M); Injil Kebenaran. Penerimaan yang kontroversial umumnya berkisar pada lingkup otoritas, perdebatan tentang apakah kitab-kitab ekstra-kanonik dapat disetarakan sama dalam otoritasnya dengan kitab-kitab kanonik Alkitab.

2. Kriteria Otoritas Kitab Suci

Otoritas Kitab Suci adalah tingkat prioritas penerimaan atau pengakuan seseorang atau sekelompok orang sebagai pedoman hidup beriman, mengatasi kitab-kitab lain mana pun atau nilai-nilai, kaidah, dan hukum apa pun yang dipandang dapat memberi petunjuk hidup yang benar. Kriteria utama otoritas Kitab Suci adalah berhubungan dengan sumber tulisan dan siapa penulisnya. Sebuah kitab akan diterima dan diakui sebagai Kitab Suci apabila sumbernya dari Allah dan penulisnya adalah Allah atau manusia yang dipilih Allah secara khusus untuk menuliskan firmanNya. Kriteria berikutnya adalah berhubungan dengan wahyu, ilham, dan kanon Kitab Suci. Kriteria wahyu, dipertimbangkan dari penggunaan Allah seluruh tulisan di dalamnya untuk menyatakan diriNya kepada manusia ciptaanNya sendiri. Kriteria ilham, dipertimbangkan dari keterlibatan Allah dalam kepenulisannya sehingga dapat terhindar dari kekeliruan (falibilitas) atau kesalahan (eransi). Kriteria kanon, dipertimbangkan dari penerimaan jemaat secara luas tentang sebuah kitab dalam ibadah sebagai sumber pengajaran hidup beriman. Jadi kriteria otoritas Kitab Suci adalah sumber, penulis, wahyu, ilham dan kanon dari seluruh tulisan di dalamnya.

3. Otoritas Kitab-kitab Kanonik Alkitab

Kitab-kitab Alkitab, yang terdiri dari 39 kitab Perjanjian Lama (PL) dan 27 kitab Perjanjian Baru (PB), diakui sebagai otoritas tertinggi oleh gereja mula-mula (abad 1-V), gereja abad pertengahan (abad VI-XV), dan gereja pada era reformasi (abad XVI-XVII). Penolakan terhadap otoritas tertinggi Alkitab muncul dan berkembang pada era modernisasi (abad XVIII-kini). Ke-39 kitab PL bahkan jauh lebih awal diterima otoritasnya, khususnya oleh umat Yahudi, oleh Yesus Kristus dan oleh rasul-rasul dan para penulis kitab-kitab PB. Sumber segala tulisan Alkitab diakui berasal dari Allah karena melaluinya Allah mau menyatakan diriNya kepada manusia ciptaanNya. Alkitab memiliki kepenulisan rangkap dua, yaitu penulis ilahi (divine author) dan penulis manusia (human author). Karena itu Alkitab disebut wahyu Allah dan diilhamkan Allah. Petrus berkata, “sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” (2 Ptr. 1:21). Paulus berkata, “Segala tulisan … diilhamkan Allah” (2 Tim. 3:16). Kosa kata dari human author tapi setiap kata dalam naskah asli (original manuscript) ditulis menurut kehendak dan kontrol Allah, sehingga tidak mungkin terdapat kesalahan (inerrancy), dan dengan demikian diakui bahwa setiap kata diilhamkan Allah (verbal and plenary inspiration). Ke-39 kitab PL diteguhkan oleh para rabi sebagai kanonik firman Allah pada konsili di Jamnia pada tahun 90 M. Ke-27 kitab PB diteguhkan oleh gereja sebagai kanonik firman Allah pada Konsili Karthage tahun 397.

Sekalipun Alkitab ditulis oleh lebih dari 40 orang, dengan latar belakang yang berbeda, tapi keselarasan dan kontinuitasnya terpelihara. Para penulis yang terpilih itu, terdiri dari raja-raja, petani, filsuf, nelayan, dokter, negarawan, sarjana, penyair, dan pembajak sawah. Mereka hidup di negeri yang berbeda dan dengan pengalaman yang berbeda pula. Mereka tidak dalam satu generasi sehingga tidak pernah mengadakan pertemuan, konsultasi, seminar, lokakarya, konferensi, atau yang semacamnya untuk suatu persetujuan atau kesepakatan mengenai pembagian tugas, materi, outline, tujuan dan alamat penulisan. Alkitab ditulis dalam satu periode sejarah yang cukup panjang, memakan waktu kurang lebih 1.600 tahun. Tak dapat disangkal bahwa kumpulan dari 66 kitab ini merupakan kitab yang paling banyak dibaca dan terus-menerus dibaca; paling banyak bahasa terjemahan, paling banyak jilid penerbitan, dan paling banyak mempengaruhi hidup manusia. Tak terhitung orang yang rela menjadi martir, yang rela dianiaya, dan yang rela mengorbankan apa saja karena keyakinannya berdasar Alkitab. Sementara yang lain meninggalkan kehidupan yang jahat, dan yang lain lagi dikuatkan dari keputusasaan karena keyakinan akan Alkitab sebagai firman Allah. Fenomena ini membuktikan otoritas kitab-kitab kanonik Alkitab.

4. Otoritas Kitab-kitab Ekstra-Kanonik

Kitab-kitab dan sumber-sumber ekstra-kanonik ditulis paling awal 50 tahun sesudah kitab-kitab kanonik PB. Semua tulisan dan pengajaran dalam kitab-kitab ekstra kanonik nampak sangat dipengaruhi oleh pengajaran gnostik Kristen. Para sarjana sejak dulu tidak tertarik meneliti pengajaran atau informasi tentang Yesus Kristus karena otoritasnya sulit diterima dan bahkan tidak diakui. Pada umumnya informasi tentang Yesus dalam tulisan-tulisan ekstra-kanonik berbeda atau bahkan bertentangan dengan informasi dalam kitab-kitab kanonik PB. Karena itu pertimbangan otoritas dari sisi wahyu Allah tidak bisa diterima, karena tidak mungkin Allah yang sama mewahyukan yang bertentangan. Pertimbangan otoritas dari sisi ilham Allah, penulisannya pada abad kedua ketika para rasul atau orang-orang yang dekat dengan Tuhan Yesus, yang dipakai sebagai nama penulis kitab itu sudah meninggal antara 50-100 tahun sebelumnya. Pertimbangan otoritas dari sisi kanonisasi, penggunaannya hanya pada kelompok tertentu, gnostikisme Kristen, bukan pada gereja secara universal, terlebih pula semua tulisan itu belum ada pada jaman gereja rasul-rasul.

Gnostikisme nampak dalam Injil Thomas, yang penulisannya ditujukan untuk kalangan tertentu (esoterik), orang-orang elite rohani, yang dianggap memenuhi syarat untuk mendengar ajaran rahasia Yesus. Kalimat pendahuluan Injil Thomas berbunyi, “Ini adalah kata-kata rahasia yang diucapkan Yesus yang hidup”. Maksudnya, kata-kata rahasia itu diucapkan Yesus kepada Thomas secara pribadi. Injil Thomas memberi tekanan pada pengetahuan dan hal mengetahui. Orang-orang yang yang memiliki pengetahuan rahasia ketika itu disebut pengikut gnostik.

Gnostikisme dalam Injil Yudas nampak dalam ajaran di dalamnya, yang memandang bahwa manusia memiliki zat ilahi karena emanasi dari Allah. Keselamatan adalah membebaskan zat ilahi itu dari penjara tubuh jasmani atau ragawi. Perlu pengetahuan khusus (gnosis) bagi manusia untuk mencapai keselamatan itu. Yudas dianggap menjadi penolong Tuhan Yesus Kristus dalam pembebasan zat ilahiNya melalui penyaliban. Jadi salib Yesus bukan penebusan dosa dan pembebasan manusia dari hukum dosa. Yudas dinyatakan sebagai murid yang dikasihi Tuhan Yesus dan yang terbaik dari ke-12 muridNya. Ia menerima pengetahuan khusus (gnosis) langsung dari Tuhan Yesus, pengetahuan rahasia yang tidak didapat oleh ke-11 murid lainnya. Gnosis itulah yang bisa membuat Yesus disalib dan zat ilahi terbebaskan.

Injil Maria mengisahkan Maria Magdalena sebagai wanita yang paling dikasihi oleh Tuhan Yesus di antara semua wanita yang pernah bertemu dengan Tuhan Yesus. Satu ayat Injil Maria berbunyi: “Saudari, kami tahu bahwa kamu sangat dikasihi oleh Juruselamat, lebih dari wanita lainnya.” Novel The Da Vinci Code (Dan Brown) berspekulasi bahwa Maria adalah kekasih Yesus, bahkan mungkin menikah denganNya. Beberapa teks menuliskan bahwa Yesus sering mencium Maria Magdalena dengan ciuman mulut.

Jadi otoritas kitab-kitab dan sumber-sumber ekstra-kanonik sejak awal sejarah gereja tidak diakui, karena itu tidak mungkin ditambahkan pada ke-27 kitab PB. Meskipun ada usaha-usaha untuk menerbitkan dan mengedarkannya secara luas untuk mendapat pengakuan gereja, tetapi karena pengajaran di dalamnya bertentangan dengan pengajaran dalam ke-27 kitab kanonik PB maka harus ditolak dan bahkan dianggap sebagai bagian dari usaha penyesatan di jaman akhir.

Tidak ada komentar: